Baru- baru ini salah satu desa di Kabupaten Tuban viral di dunia maya. Pasalnya desa tersebut di Tuban kaya mendadak. Apalagi di tandai dengan warganya yang beramai- ramai membeli mobil baru. Bahkan dalam sebuah video pendek, dalam sehari datang mobil baru 17 unit sekaligus di desa tersebut.
Sontak banyak warganet yang penasaran ada apa sebenarnya. Terutama yang jauh dari Tuban dan tidak tahu asal muasalnya.
Sebagai orang yang tinggal di KabupatenTuban, secara tidak langsung saya juga terkena imbas dari berita tersebut. Bukan karena ikut menikmati mobil baru, namun teman atau sanak saudara dari daerah lain banyak yang menghubungi. Entah tanya apa saya kebagian mobil baru, dimana letak tersebut hingga minta jatah bagian, hehe.
Tapi sayangnya, meskipun masih satu kecamatan, namun desa tersebut lumayan jauh dari tempat tinggal saya. Ya, bisa dipastikan sama dengan warganet lainnya saya hanya bisa menikmati berita itu saja.
Table of Contents
Tidak Ada yang Namanya Tuban Kaya Mendadak, tapi Melalui Proses Panjang
Bicara tentang desa yang kayak mendadak, sebenarnya tidaklah demikian. Karena jika mengurainya banyak liku dan permasalahan hingga akhirnya warga mendapatkan ganti rugi setimpal. Sebenarnya uang yang dibuat warga untuk membeli mobil merupakan dari ganti rugi tanah yang dijual.
Sejak ditetapkan menjadi lokasi pengilangan minyak oleh PT Pertamina dan rekanannya yaitu Rosneff sebuah perusahaan asal Rusia, polemik mulai timbul. Dari mulai warga yang enggan meninggalkan tanah kelahirannya hingga ganti rugi yang tidak setimpal. Bahkan ada yang sampai naik ke pengadilan.
Secara keseluruhan, tiga desa jadi target lokasi pengilangan yaitu Sumur Geneng, Wadung dan Kaliuntu Kecamatan Jenu Tuban kaya mendadak . Untuk ganti rugi tanah sendiri berbeda- beda besarannya tergantung letak dan luasnya. Besaran ganti rugi tersebut dari mulai 600ribu/ m2 hingga 800/m2. Dari berita yang beredar, seorang warga bahkan mendapatkan ganti rugi sekitar 28 milyar. Tidak mengherankan, bahkan ada yang membeli mobil baru 4 sekaligus setelah mendapatkan kompensasi.
Akibat dari Viralnya desa milyader Tuban
Jauh sebelum viralnya desa milyader tersebut, ke tiga desa tersebut sudah menjadi target kunjungan para sales mobil. Ketika saya jalan- jalan ke daerah tersebut banyak menemuinya. Bahkan sales mobil pun datang langsung dari Surabaya bahkan Jakarta.
Setelah viral, warga desa tentu agak tertutup. Ada kebijakan baru yang tidak memperbolehkan warga dari luar kota untuk datang ke desa. Ya tidak dipungkiri meskipun warga tetap banyak yang berkegiatan seperti sebelumnya, namun tingkat kejahatan seperti pencurian di kabarkan meningkat.
Meskipun begitu, beberapa desa sekitar juga kecipratan rejeki. Mau tidak mau warga yang tanahnya tergusur harus membeli lahan di luar desa. Belum lagi terbukanya lapangan kerja secara masal selama pembangunan kilang. Tentu menjadi berkah tersendiri.
Pentingnya Edukasi Finansial pada Warga Desa
Banyak yang menyayangkan perilaku warga yang berlomba- lomba membeli mobil sehingga jadi sorotan. Bagaimana tidak, dalam setahun ini di desa Sumur Geneng yang berada di pesisir Tuban yang jadi desa milyuner saja yang sebagian besar penduduknya petani membeli mobil total berjumlah 176 unit. Dan itupun dari mobil dengan harga murah sampai mahal keluaran terbaru ada semua.
Dari beberapa slentingan yang saya dengar, memang kebanyakan ingin menggunakan sebagai usaha. Ada juga yang memang membeli untuk kebutuhan pribadi. Apapun alasannya, mereka punya alasan sendiri. Dan tugas pihak berwenang tentu memberikan edukasi finansial kepada warga untuk menggunakan uang kompensasi dengan baik.
Yang pasti, jangan sampai membeli mobil hanya menjadi barang konsumsi yang malah membebani. Kemudian melupakan tujuan awal pemberian uang kompensasi lahan pertanian mata pencaharian. Jika tidak dapat mengelola dengan baik, sebentar lagi bisa saja mobil- mobiln tersebut terjual kembali. Ya seperti guyonan warga sekitar tempat tinggal saya, yang katanya mau membeli mobil jika mendapatkan mobil bekas dari desa di Tuban kaya mendadak yang viral.